Trauma konflik etnis di Kalimantan Barat menghantui kepalanya. Empat etnis di Kalbar, Melayu, Dayak, Tionghoa dan Madura memang memiliki catatan konflik. Dalam artikel ‘Menelusuri Akar Konflik Antaretnik di Kalimantan Barat’, Arkanudin (2006) menulis konflik paling banyak melibatkan Dayak-Madura. Jumlahnya 12 kali disertai kekerasan sejak 1952-1999.
Usman seorang Madura. Dia lahir dan besar di Pontianak. Dampak kerusuhan Dayak-Madura sempat dirasakannya ketika berusia tujuh tahun. Kala itu, isu keributan muncul di daerah Sungai Jawi, kurang lebih satu kilometer dari rumah Usman di Gang Nur Asyikin, Jalan HM Suwignyo, Pontianak Kota.